Belajar Penanganan Covid-19 dari Negara-negara yang Dipimpin Perempuan

Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru
Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru.

Semarang, Idola 92.6 FM – Sejumlah negara di dunia sejauh ini dianggap telah berhasil menekan penyebaran virus corona di negaranya. Beberapa negara-negara tersebut dipimpin oleh perempuan yang dinilai beberapa pihak berhasil mengendalikan pandemi Covid-19.

Sejumlah pemimpin perempuan tersebut mulai dari Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Presiden Taiwan Tsai Ing Wen, Perdana Menteri Islandia Katrin Jakobsdottri hingga Silveria Jacobs, Perdana Menteri Sint Maarten di Kepulauan Karibia.

Merujuk CNN Indonesia (16/04/2020), Direktur Eksekutif Wanita PBB Phumzile Mlambo-Ngcuka menyebut bahwa dunia sangat membutuhkan lebih banyak pemimpin perempuan dan perwakilan perempuan yang setara di semua tingkat politik. Mengutip CNN, para pemimpin perempuan ini mengambil langkah tegas dan strategis untuk menghalau penyebaran Corona. Mulai dari melakukan pengetesan massal hingga karantina wilayah (lockdown).

Jerman, Taiwan, dan Selandia Baru menerima penghargaan atas penanganan pandemi yang mengesankan. Keberhasilan negara-negara yang dipimpin oleh para perempuan ini menarik perhatian, mengingat bahwa perempuan hanya mengantongi porsi kurang dari tujuh persen jajaran kepemimpinan di dunia. Kanselir Angela Merkel melakukan pengawasan untuk program pengujian virus corona di Jerman yang menjadi skala terbesar di Eropa. Sekitar 350 ribu tes dilakukan setiap minggunya. Upaya ini berhasil mendeteksi virus lebih awal sehingga isolasi dan perawatan pasien menjadi efektif.

Tsai Ing Wen, Presiden Taiwan
Tsai Ing Wen, Presiden Taiwan.

Selain Jerman, Taiwan juga melakukan upaya intervensi medis sejak dini bagi 24 juta warganya dari penularan virus corona. Sejak awal penyebarannya di awal Januari lalu, Presiden Tsai Ing Wen dengan segera memerintahkan untuk memblokir semua penerbangan yang datang dari Wuhan, kota pusat penyebaran pandemi Covid-19.

Di dalam negeri, Tsai mengisoiasi pendirian pusat komando epidemi dan menggenjot peralatan pelindung diri seperti masker. Untuk mencegah penularan dari kasus impor, ia juga membatasi semua penerbangan dari China, Hong Kong, dan Makau. Langkah strategis yang dilakukan Tsai hingga kini membuat kasus pandemi hanya sebanyak 393 pasien dan enam kematian.

Lantas, pelajaran berharga apa yang bisa kita petik dan contoh diterapkan di Indonesia? Sebagai upaya gerak cepat dan selangkah lebih maju terkait penanggulangan Covid-19, hal apa yang mesti terus dilakukan secara masif oleh pemerintah? Mengulas ini, radio Idola Semarang mewawancara Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia/ Dekan FKM Universitas Andalas Padang Defriman Djafri. (Heri CS)

Berikut podcast wawancaranya: