Dinas Pendidikan Jateng Kembangkan Kelas Virtual di Boyolali dan Brebes

Pembelajaran tatap muka
Siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka sesuai protokol kesehatan.

Semarang, Idola 92,6 FM – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah membuat kelas atau sekolah virtual, guna mengatasi persoalan angka putus sekolah. Sebagai tahap pertama, dibuka di SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Padmaningrum mengatakan kelas atau sekolah virtual, menjadi solusi bagi permasalahan angka putus sekolah akibat anak miskin tidak melanjutkan pendidikan. Siswa yang mengikuti sekolah virtual, mendapat fasilitas berupa handphone dan juga beasiswa dari pemprov.

Padmaningrum menjelaskan, sistem sekolah virtual sama dengan sekolah reguler pada umumnya. Selain terdaftar di Data Pokok Kependidikan (Dapodik), siswa juga mendapat kurikulum yang sama serta memeroleh ijazah setelah lulus sekolah.

Menurutnya, yang membedakan hanya proses pembelajaran karena dilakukan secara daring dan sesekali tatap muka.

“Sekolah virtual itu muncul karena dari proses PPDB. Proses PPDB ada sekitar 4.800an anak yang tidak mendaftar ulang. Ini tidak mendaftar ulang karena apa? Setelah kita selidiki, ternyata mereka tidak mendaftar di sekolah swasta maupun di negeri. Jadi, ini sebagai rintisan. Karena rintisan kan tidak langsung banyak,” kata Padmaningrum.

Gubernur Ganjar Pranowo menjelaskan, ide pembuatan sekolah virtual ini untuk menyamaratakan kesempatan kepada anak-anak untuk mendapat pendidikan. Karena, masih cukup banyak anak-anak usia sekolah tetapi tidak bisa meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

“Dengan sekolah virtual ini, harapan kita ya model distance dan kemudian kita dampingi. Sementara kita buat di Boyolali dan Brebes, masing-masing satu rombongan belajar 36 siswa. Itu nanti diampu di SMA/SMK yang ada di dua daerah itu,” ujar Ganjar.

Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, apabila sekolah virtual yang dibuka di Boyolali dan Brebes bisa berjalan lancar dan sukses akan dikembangkan ke daerah lain. Sehingga, siswa-siswa putus sekolah karena keterbatasan biaya bisa melanjutkan kembali. (Bud)