Menatap 2021, Bagaimana Membangun Kolaborasi di Tengah Pandemi Demi Mempercepat Pemulihan Krisis Kesehatan dan Ekonomi?

Ilustrasi

Semarang, Idola 92.6 FM – Pada tahun 2020, kehidupan 7,83 miliar manusia di bumi benar-benar dihantui Pandemi Covid-19. Ibarat game, kita tengah memasuki fase bertempur melawan virus corona. Jika menang akan berlanjut. Sebaliknya, jika kalah maka akan game over.

Demikian catatan Laporan Akhir Tahun Kompas (14/12) kemarin yang ditulis Sutta Dharmasaputra, Pemimpin Redaksi Kompas.

Di Indonesia kita tak bisa lepas dari kondisi itu. Bahkan lebih dari itu, sejak Pilpres, masyarakat kita terpolarisasi ke akibat perbedaan preferensi politik. Padahal tantangan ke depan, menuntut terjadinya kolaborasi antara negara, masyarakat dan industry. Kolaborasi dengan “lawan” politik sekalipun perlu dibangun. Sebab, Pandemi Covid-19 adalah persoalan kemanusiaan yang tentu saja above and beyond politics.

WHO mengingatkan pada semua manusia di bumi bahwa melawan Pandemi membutuhkan keserempakan semua kekuatan nasional. “With covid-19, nobody is safe until everyone is safe!”. Charles Darwin pun mengingatkan dalam sejarah panjang umat manusia, hanya mereka yang berkolaborasi dan berimprovisasi paling efektiflah yang memenangi seleksi alam.

Ilustrasi

Lantas, melihat permasalahan sosial politik di dalam negeri di mana masyarakat “terbelah”, maka terobosan apa yang diperlukan untuk memastikan terjadinya kolaborasi, demi percepatan pemulihan krisis kesehatan dan ekonomi (recovery) ke depan? Mungkinkah membangun kolaborasi dalam pandangan politik yang berbeda?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: DR Hendri Saparini (ekonom senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia) dan Wawan Sobari, Ph.D (Pengamat Politik, dosen Ilmu Politik dan Kebijakan Publik, dan ketua Program Studi Magister Ilmu sosial FISIP Universitas Brawijaya Malang). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya: