Mengakselerasi Sinergi Kolaborasi Kecerdasan Artifisial (AI)

Economy-Based Knowledge (Ilustrasi)

Semarang, Idola 92.6 FM – Keberadaan kecerdasan artifisial (artificial intelligent/ AI), sempat dikawatirkan akan mengganti atau mengurangi keterlibatan manusia. Padahal di era Puncak Bonus Demografi ini, Indonesia mengalami surplus sumber daya manusia (SDM) sehingga perlu diserap di dunia kerja. Akan tetapi untungnya, khabarnya AI juga berdampak pada peningkatan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi.

Di era industry 4.0, AI menjadi peluang yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Apalagi kita tengah memasuki era ekonomi berbasis pengetahuan (economy-based knowledge). Sinergi dan kolaborasi lintas sektor dibutuhkan untuk mendukung hal tersebut. Kolaborasi di sini, tak hanya dari dalam negeri tetapi juga perlu diperkuat sampai di tingkat global.

Khabar baiknya, AI dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Diantaranya untuk mendukung efisiensi dalam penggunaan energi, keamanan siber, dan pertanian.

Meski banyak peluang yang terjadi di era revolusi industri 4.0, akan tetapi banyak pula tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan teknologi kecerdasan artifisial di Indonesia. Hambatan itu antara lain, terkait masalah privasi dan etika serta sentiment negatif terkait kecerdasan artifisial.

Maka, bisakah kita mengatasi berbagai hambatan dalam pengembangan teknologi kecerdasan artifisial? Bagaimana Langkah untuk mengakselerasi sinergi kolaborasi AI? Selain itu, upaya apa saja yang mesti dilakukan pemerintah dalam rangka pengembangan ekosistem tumbuh-suburnya talenta-talenta kreator AI?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc (Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)); Prof Suhono H. Supangkat (Guru Besar ITB/pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB); dan Prof. Dr. Ambariyanto, M.Sc. (Wakil Rektor Riset dan Inovasi Universitas Diponegoro Semarang). (andi odang/ her)

Dengarkan podcast diskusinya: