Semarang, Idola 92.6 FM – Delapan bulan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Pandemi Covid-19, secercah sinarmulai tampak di ujung lorong ketidakpastian. Pengumuman keberhasilan calon vaksin Covid-19 dengan efektivitas 90 persen bak kabar too good to be true—terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Begitu menggembirakan sehingga akhirnya susah dipercaya.

Masyarakat global memang masih dilanda kecemasan mengingat sitausi pandemi belum juga kelihatan ujungnya. Kondisi di Indonesia pun belum menunjukkan tanda-tanda teratasi.

Oleh karena itu, efektivitas tinggi calon vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer dengan perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech—sungguh menjadi cahaya di ujung lorong yang semula gelap. Apalagi, tingkat efektivitas 90 persen terjadi pada uji klinis fase tiga.

Di sisi lain, di Indonesia, uji klinis calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac di Bandung Jawa Barat masih berjalan. Belum ada laporan gejala serius dialami sukarelawan pasca-vaksinasi. Sejumlah 1.620 sukarelawan uji klinis di Bandung mendapatkan suntikan vaksin atau placebo dosis pertama. Sementara 1.603 sukarelawan disuntik dosis kedua. Adapun 1.335 sukarelawan lain memasuki masa pemantauan imunitas, efikasi, dan keamanan. Jika sukses, vaksin Covid-19 akan diproduksi PT Bio Farma di kuartal I-2021 dengan kapasitas produksi 250 juta dosis vaksin per tahun.

Vaksin Covid-19 Sinovac
Vaksin Covid-19 Sinovac.

Sama seperti yang diingatkan para ahli, kita tak boleh kehilangan kehati-hatian meski harapan mulai membuncah. Harapan baik meski diimbangi dengan keinginan kuat untuk mewujudkannya termasuk persoalan-persoalan di sekelilingnya. Mulai dari kesiapan infrastruktur, akses layanan, hingga sistem distribusi.

Maka, agar harapan dan secercah harapan tak meredup, upaya apa yang mesti disiapkan sejak sekarang? Menyongsong calon vaksin Covid-19—hal apa yang mesti mulai dicicil sejak saat ini demi efisiensi dan terjaminnnya akses distribusi? Mengingat belum finalnya tingkat efisiensi calon vaksin, bentuk kehati-hatian apa yang mestinya tetap dikedepankan agar tidak berdampak buruk?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Kusnandi Rusmil (Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran Bandung); DR Hermawan Saputra (Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia); dan dr Dwi Agustian, MPH, PhD (Ahli Epidemiologi Universitas Padjadjaran Bandung). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya: