Meroketnya Keladi di Tengah Pandemi dan Mengulik Asal-Usulnya

Keladi ungu
Keladi ungu yang siap dimasak dengan cara bakar batu di Lembah Baliem, Papua. (Foto: Dok Hari Suroto)

Semarang, Idola 92.6 FM – Saat ini, di saat pandemi Covid-19, bercocok tanam di halaman rumah maupun di dalam ruangan sedang mengalami booming atau trend. Salah satu jenis tanaman yang sedang nge-trend di masa pandemi Covid-19 adalah keladi. Sehingga tanaman keladi harganya meroket, dan jenis tanaman ini dianggap spesial padahal sebelumnya dianggap biasa-biasa saja. Khususnya di tanah Papua.

Nah, mengulik tanaman keladi, bagaimana sejarah asal-usulnya? Radio Idola Semarang akan menguliknya bersama seorang arkeolog terkemuka yang sejak lama meneliti Papua.

Hari Suroto, Peneliti Balai Arkeologi Papua menjelaskan, keladi merupakan jenis tanaman yang ditanam pertama kali pada masa prasejarah, lebih tepatnya di dataran tinggi Papua dan Papua Nugini. Di saat manusia prasejarah di Pulau Jawa, Sumatera, dan wilayah Indonesia bagian barat lainnya masih hidup berpindah-pindah, berburu dan mengumpulkan makanan dari hutan.

Hari Suroto
Hari Suroto, peneliti Balai Arkeologi Papua, bersama Mumi Pumo di Lembah Baliem, Papua. (Foto: Dok Hari Suroto)

Menurut Hari, manusia prasejarah di dataran tinggi Papua dan Papua Nugini sudah menetap. Mereka hidup dengan bercocok tanam keladi. “Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian arkeologi di daerah Kuk, Lembah Waghi Papua Nugini, berupa drainase untuk pertanian keladi sekitar 8000 tahun yang lalu,” kata Hari kepada radio Idola Semarang, Jumat (23/10).

Hari beberapa waktu lalu juga melakukan penelitian arkeologi di tanah Papua di Situs Megalitik Tutari Sentani Papua. Motif megalitik Tutari terdiri dari berbagai motif flora, fauna serta gambar manusia yang ditorehkan oleh suku Tutari pada sejumlah batu yang ditemui di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.

Papua, Salah Satu Tonggak Pertanian Dunia

Hari menuturkan, pertanian di dataran tinggi Papua Nugini dan Papua merupakan salah satu bukti pertanian awal di dunia. Diketahui pertanian awal di dunia ini hanya terdapat di daerah sekitar Sungai Indus India pada 5000 tahun yang lalu dengan tanaman yang dibudidayakan sorgum dan gandum. Kemudian, daerah sekitar Sungai Kuning dan Yangzi Tiongkok pada 9000 tahun yang lalu dengan tanaman yang dibudidayakan padi.

Hari Suroto
Hari Suroto, peneliti Balai Arkeologi Papua bersama anak-anak Suku Dani, Lembah Baliem. (Foto: Dok Hari Suroto)

Lalu, Meksiko tengah pada 5000 tahun yang lalu dengan tanaman yang dibudidayakan yaitu jagung, daerah sekitar Sungai Eufrat dan Tigris perbatasan Irak dan Syria pada 8000 tahun yang lalu dengan tanaman yang dibudidayakan yaitu gandum dan biji-bijian cereals.

“Sementara, pada daerah sekitar Sungai Nil Mesir pada 7500 tahun yang lalu dengan tanaman yang dibudidayakan yaitu gandum, jelai, biji-bijian cereals dan sorghum,” jelasnya.

Hari menyebut, Dataran Tinggi Nugini dengan populasi padat, terletak di ketinggian antara 1.300 dan 2.300 meter di atas permukaan air laut. Walaupun digambarkan terisolasi secara geografis dan faktor lingkungan, dataran tinggi Papua dan Papua Nugini memberikan suatu gambaran perkembangan pertanian awal di Dunia.

“Kuk juga merupakan pusat domestikasi tumbuhan independen. Di sini, sebagian areal rawanya dikeringkan dan dijadikan lahan untuk menanam keladi,” katanya.

Keladi ungu
Keladi ungu yang dimasak dengan bakar batu. (Foto: Dok Hari Suroto)

Keladi yang ditanam di kawasan Kuk, menurut Hari, diperkirakan merupakan jenis keladi liar yang mengandung sedikit zat tepung, tetapi yang pucuk, batang dan daunnya bisa dimakan. Manusia prasejarah dataran tinggi Papua dan Papua Nugini pertama kali memanfaatkan keladi untuk diambil kandungan tepung dari akar umbinya pada fase-fase awal bercocok tanam ini.

Bukti menunjukkan dengan baik bahwa sejak lebih dari 8000 tahun lalu, penduduk dataran tinggi Papua dan papua Nugini telah mengembangkan suatu bentuk hortikultura tanaman keladi di tempat-tempat tertentu. “Jadi, jauh sebelum orang Jawa mengenal bercocok tanam padi di sawah,” terangnya. (hari/ yes/ her)