Bagaimana Mengefektifkan PPKM?

Ilustrasi

Semarang, Idola 92.6 FM – Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM yang dimulai 11 Januari lalu diharapkan mampu menekan penularan Covid-19 di berbagai daerah. Namun, ternyata, hingga jelang berakhirnya masa PPKM jilid I, angka kasus Covid-19 masih belum bisa dikendalikan. Tim Satgas Penanganan Covid-19 menilai, PPKM belum berhasil optimal sehingga diperpanjang hingga 8 Februari mendatang.

Hasil evaluasi PPKM periode pertama yang diterapkan di 73 kabupatan/ kota menunjukkan: kasus aktif masih di bawah rata-rata nasional yakni 14 persen, tingkat kematian masih di atas rata-rata nasional, 3 persen, tingkat kesembuhan di bawah rata-rata nasional, 82 persen, dan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (ICU dan isolasi) di atas 70 persen.

Selain itu, capaian dari 7 provinsi yang menerapkan PPKM, hanya 2 daerah yang mengalami penurunan kasus, yakni Provinsi Banten, dan DI Yogyakarta. Sebaliknya, 5 provinsi lain mengalami peningkatan kasus, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Di sisi lain, salah satu evaluasi yang dilakukan juru wabah, membuat kita kaget, karena selama setahun kita menangani Covid-19, ternyata testing corona di Indonesia secara epidemiologi dianggap kurang tepat. Sehingga, perlu ada evaluasi dan koreksi. Kabarnya, jika tak ada perbaikan, maka ke depan, Pandemi di Indonesia akan semakin buruk.

Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berdasarkan masukan dari juru wabah dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Budi menjelaskan, yang dimaksud masih kurang tepat dalam aspek testing, yakni: testing yang tinggi sebagian di antaranya hanya menyasar kepada pihak yang itu-itu saja. Padahal, mestinya yang efektif untuk dites adalah suspek corona. Artinya, testing yang dilakukan harus mengikuti tracing.

Lantas, mengevaluasi PPKM jilid 1 yang hasilnya masih belum menggembirakan, MAKA, hal-hal apa yang mestinya lebih dipastikan agar PPKM jilid 2—lebih ampuh dan efektif menanggulangi Covid-19? Di sisi lain, berkaca dari evaluasi bahwa ada yang keliru soal testing Covid-19 kita selama setahun ini, lalu upaya apa yang mesti terus dibenahi secara total?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: dr. Pandu Riono (Juru Wabah/ Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia); Djoko Santoso (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan Penyintas Covid-19); Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Wakil Gubernur Provinsi Bali); Hendrar Prihadi (Wali Kota Semarang); dan Sutiaji (Wali Kota Malang). (her/ andi odang)

Dengarkan podcast diskusinya: