Kenapa Masyarakat Kita Mendadak Sensitif Terhadap Isu SARA?

Stop SARA
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk, yang bahkan secara resmi mengusung slogan Bhineka Tunggal Ika. Kehidupan bermasyarakat di Indonesia pun dikenal dengan relasi komunal dan interaksi sosialnya yang kuat.

Menengok sejarah, bangsa kita sejak dahulu dikenal sebagai bangsa yang plural dan kosmopolit. Artinya, bangsa yang terbuka menerima perbedaan suku, ras, dan agama, baik di dalam negeri maupun dengan pendatang dari negeri lain. Hal itu menjadikan toleransi dan keberagaman masyarakat menjadi keniscayaan di Indonesia yang majemuk dan terdiri dari berbagai macam suku bangsa.

Akan tetapi, dalam waktu belakangan ini, tiba-tiba marak kasus-kasus bernuansa SARA. Mulai dari Sunda vs Arteria Dahlan. Kemudian terkini, masyarakat Kalimantan vs Edy Mulyadi.

Lalu, apa akar masalah yang sesungguhnya, sehingga masyarakat kita mendadak menjadi sangat sensitif? Apakah, pertanda kepentingan politik menuju 2024 sudah mulai bekerja? Apa yang mesti menjadi perhatian kita bersama agar apa pun kepentingan yang melatarbelakangi isu-isu Sara belakangan ini, tidak menjadi penyebab fragmentasi, apalagi perpecahan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang kami berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Siswono Yudo Husodo (Ketua Yayasan Pembina Pendidikan Universitas Pancasila); Prof Budi Setiyono (Pengamat Politik Universitas Diponegoro Semarang); dan Anhar Gonggong (Sejarawan). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: