Menjadikan Momentum Kebangkitan Nasional Untuk Memperkuat Kohesivitas dan Persatuan Bangsa, Utopiskah?

Kebangkitan Nasional
photo/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah fragmentasi politik dan menyeruaknya politik identitas, rasa kesatuan dan persatuan terasa cukup mengakawatirkan. Terlebih media sosial seakan memfasilitasi perseteruan antar elemen masyarakat.

Pada saat yang sama, komposisi suara di parlemen yang tidak berimbang, menjadikan aspirasi masyarakat jadi tersumbat. Dan ketika ‘turun ke jalan’ menjadi pilihan, maka eksesnya tercipta kegaduhan yang semakin dipertajam dengan peranan para buzzer yang tidak hanya ‘mendengung’ tetapi juga membuli dan menyerang pribadi.

Pada 20 Mei 2022, Indonesia memperingati 114 tahun Kebangkitan Nasional. “Ayo Bangkit Bersama” menjadi tema agar hari kebangkitan nasional dapat menjadi momentum bagi bangsa untuk mengobarkan semangat bangkit dari Pandemi Covid-19.

Maka, bagaimana menjadikan peringatan Hari Kebangkitan Nasional sebagai momentum untuk merekonsiliasi persatuan? Menjadikan momentum kebangkitan nasional untuk memperkuat kohesivitas dan persatuan bangsa, utopiskah?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Arsul Sani (Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)/ Wakil Ketua MPR RI), Prof Firman Noor (Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)), dan Prof. Budi Setiyono, Ph. D (Pengamat Politik/ Guru Besar Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro Semarang). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: