Pengusaha Tak Sepakat Jika Kegiatan Usaha Ditutup Dua Hari

PENYEKATAN KENDARAAN
Petugas ketika melakukan penyekatan kendaraan yang melintas di GT Kalikangkung saat Lebaran 2020 kemarin.

Semarang, Idola 92,6 FM – Sejumlah asosiasi pengusaha yang ada di Jawa Tengah tidak sepakat, jika kegiatan usaha harus ditutup selama dua hari saat libur akhir pekan besok. Sebab, hal itu bakal membawa dampak semakin buruk bagi dunia usaha di masa pandemi.

Ketua Hipmi Jateng Billy Dahlan mengatakan kebijakan Jateng di rumah saja yang bakal diterapkan pada Sabtu-Minggu (6-7/2) besok, bakal memengaruhi aktivitas dunia usaha karena semakin membuat pengusaha terpuruk. Pengusaha meminta ada cara lain yang bisa diberlakukan, agar pelaku usaha tetap memiliki pemasukan. Misalnya, dengan pembatasan waktu beroperasi tempat usaha.

Billy menjelaskan, para pelaku yang bergerak di sektor pariwisata dan perhotelan sangat terdampak dengan adanya kebijakan pembatasan aktivitas. Bahkan, dalam satu periode pembatasan kegiatan untuk satu hotel saja bisa mengalami kerugian antara Rp200 juta hingga Rp300 juta.

Menurutnya, kebijakan untuk menutup kegiatan usaha selama dua hari sangat tidak pro dengan pelaku usaha di Jateng.

“Kebijakan ini sangat tidak pro dengan pengusaha ya. Bahwa kita sebenarnya menolak dengan perpanjangan PPKM yang tahap kedua ini, karena sebenarnya kita lihat juga yang di tahap pertama setelah PPKM angkanya malah naik terus. Jadi, tinggal efektif apa tidak PPKM yang seperti kayak gini,” kata Billy, Rabu (3/2).

Lebih lanjut Billy menjelaskan, pembatasan kegiatan usaha yang dilakukan selama ini dampaknya bisa dirasakan pengusaha hingga tiga bulan ke depan. Seharusnya, pemerintah juga bisa memahami dan mengetahui dampak yang dirasakan para pelaku usaha.

Sementara itu Ketua Apindo Jateng Frans Kongi juga mengaku sependapat, jika Sabtu-Minggu (6-7/2) dilakukan penutupan tempat kegiatan usaha akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Sebab, sektor konsumsi selama ini merupakan penopang dari pertumbuhan ekonomi dan memberi pengaruh cukup besar bagi dunia usaha.

Menurut Frans, seharusnya dunia usaha atau kegiatan ekonomi masih tetap beroperasi dengan pembatasan yang cukup ketat.

“Karena kita tahu, bahwa kalau COVID-19 ini kita tidak kendalikan dan tidak bantu betul-betul ekonomi juga tidak bisa berkembang. Karena itu, saya jamin untuk anggota-anggota saya di industri kami sudah laksanakan protokol kesehatan dengan baik,” ujar Frans.

Frans lebih lanjut menjelaskan, sebenarnya yang terpenting adalah tempat-tempat umum juga harus ditegaskan soal aturan protokol kesehatan dan tidak ada tawar menawar. Sebab, jika hanya pelaku usaha saja yang diterapkan untuk tutup tidak ada gunanya memutus rantai penularan COVID-19. (Bud)

Artikel sebelumnyaMengenal Farida Lucky Utami, Sosok Peduli ABK dari Karawang
Artikel selanjutnyaKalangan Medis Setuju Gerakan Jateng di Rumah Saja