Bersama Melawan Corona

Positif COVID-19

“We fight against things we hate. We fight for things we love.”

(Kita bertempur melawan apa yang kita benci. Kita berjuang untuk hal-hal yang kita cintai)

Semarang, Idola 92.6 FM – Kebingung dan kepanikan dirasakan sebagian besar warga Indonesia setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus positif terinveksi virus corona baru, Senin 2 Maret 2020 lalu.

Belum usai itu, kepanikan publik bertambah begitu tahu masker dan cairan pembersih tangan langka di pasaran. Kalaupun ada, harganya berkali lipat. Tak hanya bahan makanan, masker, dan cairan pembersih tangan, rempah-rempah juga menjadi buruan. Harganya pun melonjak.

Bisa jadi, kepanikan berlebihan muncul karena dua bulan terakhir, masyarakat terpapar informasi penyebaran virus penyebab penyakit Covid-19 itu di Kota Wuhan, China. Tak sedikit video Wuhan yang mendadak seperti kota mati, beredar luas di Indonesia lewat media sosial. Melalui berbagai video itu, masyarakat Indonesia melihat korban corona di Wuhan berjatuhan di jalanan.

Ketakutan pun bertambah karena selama ini publik cenderung tak melihat kesiapan pemerintah menghadapi corona di saat virus itu menyebar ke lebih dari 50 negara di dunia. Padahal, Indonesia punya hubungan bisnis, Perdagangan, serta tenaga kerja yang relative terbuka dengan China—episentrum wabah corona baru.

Indonesia Positif COVID-19

Merilis Kompas (06/03/2020), Dewan Pakar Ahli Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Hermawan Saputra mengemukakan, keputusan Presiden Joko Widodo mengumumkan sendiri kejadian positif corona itu juga ditengarai jadi pemicu kepanikan. Saat dunia bertanya-tanya kenapa di Indonesia belum ditemukan corona, Presiden Jokowi mengumumkan langsung ketika terkonfirmasi ada dua warga positif corona. Hal itu, seolah-olah adalah hal yang luar biasa sehingga Presiden yang harus turun tangan.

Pemerintah sebenarnya tak tinggal diam begitu corona mewabah di Wuhan dan merembet ke banyak negara. Mulai dari mengevakuasi 200-an warga di Wuhan, dan puluhan Anak Buah Kapal pesiar Diamond Princess, hingga kemudian pemerintah membentuk Pusat Krisis Corona yang dipimpin langsung Presiden. Selain itu pemerintah mengeluarkan empat protocol penanggulangan corona yang meliputi protokol kesehatan, pendidikan, keimigrasian, serta untuk lembaga pendidikan dan keagamaan.

Namun sayangnya, upaya pemerintah tidak terkomunikasi dengan baik ke publik. Bahkan sampai saat ini, hingga jumlah WNI di Indonesia positif corona bertambah menjadi 6 orang, belum terlihat kampanye berisi pedoman tentang apa yang harus dilakukan warga dan juga pemerintah daerah jika ada kasus corona. Problem komunikasi tak hanya terjadi antara pemerintah dan masyarakat juga antara kementerian dan pemerintah daerah. Itu terbukti dari reaksi berlebihan kepala daerah menghadapi kasus positif corona.

Baca Juga:

Sejumlah pihak menilai, apapun upaya pemerintah tak akan cukup jika sendirian menghadapi corona. Perlu kerja sama berbagai pemangku kepentingan. Kolaborasi mulai dari pusat, provinsi, kecamatan, kelurahan, hingga rukun warga dan rukun tetangga dibutuhkan dibutuhkan tak hanya untuk mengendalikan corona tetapi juga mencegah kepanikan.

Lantas, dalam situasi saat ini–sebagai musuh bersama, akankah virus corona mempersatukan perjuangan seluruh bangsa? Kalau Belanda bisa kita usir berkat perjuangan bersama, haruskah kita kalah sama virus corona? Bagaimana membangkitkan heroisme dan semangat juang bangsa? Lalu siapa yang harus menarasikan hal itu? Siapa pula yang mesti mengorkestrasi dan memobilisasi?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio dan Anggota Ombudsman RI Alvin Lie. (Heri CS)

Berikut diskusinya: