Dua WNI di Indonesia Positif Corona: Bagaimana Mempersempit Penyebaran Virusnya?

Coronavirus Disease 2019

Semarang, Idola 92.6 FM – Setelah sejumlah pihak dan beberapa negara terheran-heran, ragu, hingga mempertanyakan kemampuan Indonesia dalam mendeteksi virus corona, Senin (02/03/2020), dua WNI di Indonesia dinyatakan positif virus corona. Hal itu diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Diketahui, WNI tersebut sebelumnya sempat melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang yang positif virus corona. Dua WNI itu saat ini dirawat secara intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta Utara.

Adanya kasus corona di Indonesia, menandakan lonceng kewaspadaan dan kegentingan mesti digemakan ke segenap penjuru negeri. Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Artinya, banyak pintu yang menghubungkan dengan daerah atau negara-negara lain. Hal itu bisa menjadi potensi keluar-masuk dan kontak dengan warga negara asing. Sehingga, ada kemungkinan, baru dua kasus ini yang terdeteksi—namun, tentu saja kita tak berharap.

Baca juga:

Di sisi lain, kehati-hatian, keseriusan, dan kecermatan tak bisa dianggap perkara enteng. Mengingat, menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, warga negara Jepang yang menulari dua WNI, tak terdeteksi positif virus corona saat masuk ke Indonesia melalui pintu masuk bandara. Menurut Terawan, hal itu bisa terjadi jika memang WN Jepang dalam kondisi tak demam. Padahal, sejumlah thermal scanner atau alat pengukur suhu tubuh telah dipasang di pintu keluar masuk bandara. Di sisi lain, Komisioner Ombudsman Alvin Lie menilai bahwa pemeriksaan virus corona terhadap penumpang dari negara lain di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta tidak dilakukan secara maksimal.

Dan, dalam aspek ini, mestinya kita bisa belajar pada negara-negara lain dalam upaya memagari dan mengatisipasi meluasnya virus corona. Salah satu negara yang kini menjadi perhatian selain Wuhan China sebagai negara asal munculnya virus corona adalah Iran. Para ahli kesehatan internasional menilai kasus virus corona di Iran jauh lebih mematikan ketimbang di China. Terlihat dari tingkat persentase kematian yang lebih tinggi di Iran. Sampai saat ini, 43 warga tewas dan 593 orang di Iran terjangkit virus corona.

Berkaca dari Iran, Otoritas setempat meminta warga untuk berada di rumah agar tidak terjangkit corona. Kebijakan ini diambil guna menekan penambahan jumlah korban. Selain itu, pemerintah juga meminta sekolah dan kampus ditutup untuk sementara waktu. Semua tempat publik ditutup, sedangkan kegiatan hiburan serta olahraga selama satu pekan dibatalkan.

  • Cek penyebaran Virus Corona di seluruh dunia, klik disini.

Kita sepakat, bahwa virus Corona mesti diatasi bersama. Sebab, ini adalah problem kemanusiaan. Mestinya semua pihak bisa berangkulan menanggulangi hal ini—tidak bersifat ego sektoral. Ini seperti kritik yang disampaikan oleh Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Herawati Sudoyo.

Menurutnya, masih ada ego sektoral di Indonesia terkait penanganan antisipasi virus corona. Dia menilai lembaga-lembaga penelitian dan universitas belum banyak dilibatkan dalam upaya pendeteksian corona ini. Herawati mencontohkan yang terjadi di Cina. Laporan terjadinya virus Corona di sana justru bukan berasal dari Kementerian Kesehatan, melainkan dari rumah sakit yang bekerja sama dengan universitas. Menurut dia, kolaborasi serupa mestinya dilakukan di Indonesia.

Dengan adanya 2 WNI yang positif virus corona. Ini artinya, kita semua kini menghadapi problem itu bersama. Ini wabah. Bukan perkara yang bisa dianggap biasa. Sehingga, perlu kerjasama banyak pihak. Pemerintah mesti menerangkan dengan baik soal ini, termasuk pertanyaan-pertanyaan warga dalam soal tersebut.

Coronavirus Disease 2019

Lantas, ketika dua WNI Indonesia positif terinfeksi virus corona, maka bagaimana langkah bersama yang bisa kita lakukan untuk mempersempit dan melokalisir penyebaran virus corona? Sikap apa yang mesti kita kembangkan di tengah situasi semacam ini agar tak semakin luas?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Frilasita Aisyah Yudhaputri, MBiomedSc (peneliti dari Monash University Australia/ saat ini juga peneliti dan koordinator di Unit Virologi (Emerging Virus Research Unit) di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta); dr Anung Sugihantono (Dirjen Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Kemenkes RI); dan dr Yulianto Prabowo (Kepala Dinas Kesehatan Jateng). (Heri CS)

Berikut diskusinya: