Bergegas Tanggap Bencana, Menghadapi Fenomena Black Swan berupa Pandemi Corona, Apa Kuncinya?

Corona Virus

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam hidup ini akan ada peristiwa-peristiwa tak terduga yang disebut sebagai black swan atau angsa hitam. Seperti pandemi corona yang saat ini tengah melanda dunia. Berbagai peristiwa langka yang terjadi di dunia dengan ciri berdampak besar, sulit diprediksi, dan di luar perkiraan biasa, telah dielaborasi ke dalam suatu teori yang disebut Angsa Hitam (Black Swan Theory).

Selama berabad-abad, black swan tidak pernah dipercayai ada. Melalui karya penyair Romawi, 2000 tahun yang lalu, Juvenal menegaskan bahwa angsa selalu berwarna putih. Seperti sapi ungu dan babi terbang, angsa hitam adalah simbol dari sesuatu yang tidak mungkin, the impossible. Bahkan, di Eropa abad pertengahan, unicorn, sebagai mitos, memiliki kredibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan angsa hitam, sebagai hewan yang mungkin nyata ada.

Namun, semua anggapan itu dimentahkan oleh seorang penjelajah asal Belanda, Willem de Vlamingh, yang menemukan angsa hitam di Australia Barat pada 1697. Hal itu menunjukkan betapa fatalnya dan berisikonya menyatakan sesuatu hal adalah mustahil.

Fenomena Black Swan

Berdasarkan fakta tersebut, black swan theory dibangun, yang merupakan metafora yang menggambarkan peristiwa yang mengejutkan, memiliki pengaruh besar, dan sering dirasionalisasikan sebagai sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Hal ini dielaborasi lebih lanjut oleh Joseph Calandro Jr dalam jurnalnya yang berjudul “A Leader’s Guide to Strategic Risk Management”, pada tahun 2015. Ia menjelaskan bahwa organisasi masih berkutat dalam mengelola knowable risks, tetapi sering mengalami kesulitan saat harus menghadapi peristiwa atau ancaman yang “tidak seperti biasanya”.

Nah, terkait ini, kita pun seolah menyaksikannya saat ini. Pandemi Corona—bak black swan yang sebelumnya tak pernah terbayangkan akan demikian dahsyatnya dampaknya. Wabah yang telah membunuh lebih dari 5 ribu hingga saat ini dan mengguncang negara-negara di dunia termasuk di Indonesia.

Baca Juga:

Dan, terkait ini, seolah kita tak memiliki kesiapan dalam Strategic Risk Management. Sehingga seperti yang kita lihat: tanpa menafikan berbagai upaya yang telah dilakukan—Pemerintah tampak gagap dan gugup menghadapi corona. Kita baru repot manakala kasus pasien positif corona bertambah hingga 172 kasus hingga 17 Maret 2020. Hal itu pun diperparah dengan lemahnya komunikasi dan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Lantas, ketika dalam hidup ini akan ada peristiwa-peristiwa tak terduga yang disebut sebagai angsa hitam—seperti Pandemi Corona yang saat ini tengah melanda global—bagaimana Strategic Risk Management kita? Apa kunci utama ketika kita ingin Bergegas Tanggap Bencana? Bagaimana bentuk kolaborasi yang mesti bangun Bersama masyarakat dan seluruh stakeholder dalam menghadapi fenomena Black Swan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: A Prasetyantoko (Ekonom, dan pengajar di Unika Atmajaya Jakarta) dan Djoko Santoso (Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya). (Heri CS)

Berikut diskusinya: